Kemaren saya di undang oleh salah seorang sahabat dalam rangka membahas kepengurusan UMKM Wilayah Provinsi Riau. Topik diskusi seputar kepengurusan yang akan dibentuk. Terjadi diskusi yang menarik dan panjang dalam rapat tersebut. Berbagai saran dan masukan yang positip banyak dikemukakan, salah satunya yang menarik perhatian saya adalah yang berkaitan dengan Cinta dalam suatu organisasi. Dikemukakannya, bila tidak ada rasa cinta setidaknya rasa suka kita pada suatu organisasi termasuk kepada kawan-kawan pengurus lainnya, maka akan sulit diharapkan organisasi akan berkembang dengan baik, demikian kira-kira yang disampaikannya.
Memang.... dalam dunia organisasi, kata CINTA seringkali terdengar asing karena kata CINTA lebih banyak dibicarakan dalam ranah personal. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, cinta memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk iklim organisasi yang sehat, produktif, dan berkelanjutan. Cinta dalam konteks organisasi bukanlah sekadar perasaan emosional, melainkan wujud kepedulian, penghargaan, dan komitmen antarindividu yang tergabung dalam sebuah sistem.
1. Cinta sebagai Fondasi Kebersamaan
Cinta menumbuhkan rasa kepedulian satu sama lain. Anggota organisasi yang memiliki rasa cinta terhadap timnya akan lebih mudah bekerja sama, saling mendukung, dan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Kebersamaan ini membuat organisasi lebih solid dan mampu menghadapi tantangan bersama.
2. Cinta sebagai Motivasi Kerja
Cinta terhadap visi dan misi organisasi melahirkan semangat untuk bekerja dengan sepenuh hati. Anggota yang mencintai pekerjaannya tidak hanya bekerja karena kewajiban, tetapi juga karena panggilan hati. Hal ini meningkatkan produktivitas sekaligus kualitas hasil kerja, karena setiap langkah dilakukan dengan dedikasi.
3. Cinta sebagai Perekat dalam Konflik
Konflik adalah hal yang tidak terhindarkan dalam organisasi. Namun, dengan adanya cinta—yang tercermin dalam sikap saling menghargai dan empati—konflik dapat dikelola secara bijaksana. Cinta mendorong setiap individu untuk mencari solusi, bukan memperbesar masalah.
4. Cinta sebagai Sumber Kepemimpinan yang Humanis
Seorang pemimpin yang memimpin dengan cinta akan memperlakukan anggotanya bukan hanya sebagai bawahan, melainkan sebagai mitra. Ia akan mengedepankan keadilan, memberikan apresiasi, serta mendukung perkembangan pribadi dan profesional setiap anggota. Kepemimpinan berbasis cinta menciptakan iklim organisasi yang inklusif dan harmonis.
5. Cinta sebagai Penopang Keberlanjutan
Organisasi yang dibangun di atas cinta akan lebih tahan lama. Rasa memiliki (sense of belonging) tumbuh secara alami, sehingga anggota cenderung bertahan lebih lama, loyal, dan bersedia berkontribusi lebih. Keberlanjutan organisasi pun dapat terjaga dengan baik.
Kesimpulan
Cinta dalam organisasi bukan sekadar konsep abstrak, tetapi kekuatan nyata yang bisa membangun kebersamaan, meningkatkan motivasi, meredam konflik, melahirkan kepemimpinan yang humanis, serta menjamin keberlanjutan. Organisasi yang dijalankan dengan cinta akan lebih mudah tumbuh menjadi wadah yang tidak hanya mencapai tujuan, tetapi juga menumbuhkan manusia di dalamnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan anda !