Partisipasi, di sisi lain, adalah langkah lebih maju dari sekadar diam. Ia mengajak kita untuk ikut serta, untuk turut merayakan atau mendukung hal-hal yang mungkin berbeda dari diri kita sendiri. Misalnya, ikut serta dalam perayaan suatu kelompok meskipun kita tidak sepenuhnya paham atau bagian dari kepercayaan tersebut.
Imitasi adalah tiruan yang meskipun sama bentuknya tapi tidak sama dengan
yang asli. Melakukan imitasi merupakan cerminan yang mengkhawatirkan jika tidak
dibarengi dengan pemahaman yang mendalam. Meniru tanpa memahami akar dari suatu
keyakinan atau budaya bisa berujung pada kesalahpahaman atau bahkan
ketidakhormatan. Misalnya, mengucapkan salam yang khusus bagi agama tertentu
tanpa pemahaman yang benar akan arti dan maknanya.
Apresiasi adalah sikap yang sangat diharapkan dalam menjalin kerukunan antar
berbeda. Dalam kehidupan bermasyarakat, memberikan penghargaan dan pengakuan
terhadap keberagaman serta kontribusi yang berbeda-beda adalah langkah awal
untuk membangun sebuah masyarakat yang inklusif.
Sejatinya, kita diajak untuk bertoleransi. Konflik bisa saja terjadi mana
kala kita menterjemahkan toleransi dengan mencampur adukkan dengan partisipasi,
imitasi, apresiasi. Memanglah sesungguhnya . itu semua adalah istilah yang secara
normative diterima baik dalam kehidupan sosial, namun kita harus berhati-hati
mengkombinasikannya, apa lagi sampai terjadi kesalah pahaman yang berujung
tuduhan-tuduhan yang rasionalisasinya di ambil dari keyakinan masing-masing,
padahal masalahnya adalah pada kesalah mendudukkan suatu istilah. Yang dituntut
kepada kita sejatinya adalah untuk melaksanakan TOLERANSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan anda !